Usaha Saya Sepi Semua Salah Pemerintah!!!
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Jumpa lagi dengan edisi spesial kali ini di channel Success Before 30. Saya akan membahas sesuatu yang banyak sekali terjadi dan menjadi kontroversi saat ini. Semua berita, semua media massa, dan semua televisi sedang menggunjingkan masalah ini. Yaitu, “Usaha saya sepi. Ekonomi saya lesu. Semuanya salah pemerintah!!”.
Pertanyaan saya, “Benarkah?”. Dari judulnya, seolah-olah saya ini anti pemerintah. Saya beritahu, tidak benar. Saya dari dulu siapapun pemerintahnya, saya tetap dukung. Karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin. Siapapun presidennya, siapapun menterinya, siapapun yang menjalankan roda pemerintahan. Karena kita sebagai seorang rakyat biasa harus berterima kasih kepada siapapun yang bekerja di pemerintahan. Siapapun itu orangnya.
Tetapi, mengapa saya mau mengangkat tema ini?
Karena beberapa bulan belakangan, saya sering didatangi kepala cabang bank. Sebagai seorang pengusaha, saya pasti ada hubungan dengan dunia perbankan. Dan banyak kepala cabang yang pada zaman dahulu mungkin seperti account officer atau representative officer yang mendatangi saya. Tetapi belakangan ini, banyak kepala cabang yang justru kelas regional, bagian regional. Mungkin anda tidak paham, tetapi anda yang bekerja di bank pasti paham. Ia mendatangi saya. Bukannya apa, tetapi mereka justru curhat.
Curhatnya seperti ini : “Pak Chandra, usaha saya belakangan ini lesu. Perputaran melambat dan sebagainya. Semua orang mengeluh, mengeluh dan mengeluh”. Lalu dia bertanya, “Usaha Pak Chandra bagaimana?”. Saya bilang, “Puji syukur. Usaha saya tidak mengalami masalah”. “Oh, begitu. Kok bisa ya, Pak Chandra?”.
Jadi, dia mengatakan hampir lebih dari 80-90% orang merasa usahanya terhambat, macet, tidak bertumbuh dan cenderung menurun. Sekarang saya ingin bicara, mengapa hal itu bisa terjadi?
Jadi yang sering saya dengar dari kepala cabang Bank adalah ‘usaha saya ini sepi’.
‘Ekonomi saya lesu’. Kemudian, pengusaha merasa perputaran usahanya berkurang banyak. Dan semua ini kebanyakan kalau mereka sedang diskusi atau sedang ‘menggosip’. Para bos-bos pengusaha itu sedang menggosip bahwa ‘ini adalah salah pemerintah’.
Saya mau menggarisbawahi. Memang wajar ketika seseorang lagi down, secara mindset orang terkadang bisa cenderung berpikir negatif. Ia akan menyalahkan, ia akan kecewa dan akan menyalahkan siapapun. Tidak terkecuali ia menyalahkan presiden, menyalahkan pemerintah dan sebagainya.
Tetapi saya mau menggaris bawahi. Apapun usaha anda, saya beritahu satu hal bagi anda para pengusaha zaman sekarang. Sebetulnya, tidak fair jika anda hanya menyalahkan pemerintah. Sebenarnya faktor usaha untuk berkembang itu ada banyak sekali.
Anda bisa mengatakan, “Oh, soalnya pajak sekarang dibuat ketat”. Begini lah, begitu lah dan sebagainya. Anda sekarang hidup di zaman pajak belum transparan. Tetapi sejak era sunset policy pada tahun 2009-2010, dan belakangan ini 2 tahun yang lalu ada tax amnesty. Anda kemana waktu itu? Pemerintah justru memberikan sebuah pengampunan pajak dan tidak melihat masa lalu. Itu sebuah hal yang positif. Karena Indonesia mau menuju negara maju.
Menuju negara maju itu adalah sesuatu yang sifatnya sangat positif.
Karena bagi anda yang pernah hidup di Amerika, pernah hidup di Eropa, negara-negara maju. Disana itu masalah pajak ketat sekali. Di negara-negara maju, masalah pajak itu ketat sekali. Justru karena Indonesia ini masih negara berkembang, belum menjadi negara maju, otomatis pajak itu bisa tidak transparan dan akhirnya hilang kesana kemari.
Singkat kata, setujukah anda bahwa ini semua adalah salah pemerintah? Silahkan berikan komentar anda di bawah. Kalau saya secara pribadi, saya tidak mungkin berbicar sebuah opini di masyarakat tanpa data. Karena saya seorang pengusaha. Saya harus berbicara berdasarkan data. Saya tidak mudah digiring sebuah opini masyarakat, dan akhirnya cenderung ke berita hoax dan sebagainya. Itu tidak mungkin.
Kalau saya, saya selalu berbicara berdasarkan data. Anda tahu tidak, saya baru saja menerima data yang sangat akurat. Dan data ini akan saya share melalui video ini.
Jadi bagi para pengusaha, jika anda bukan pengusaha, mungkin anda bingung ketika menonton video ini. It’s OK. Tidak masalah. Tetapi jika anda para pengusaha, tolong anda buka mata lebar-lebar. Tonton video ini baik-baik.
Anda harus tahu bahwa era bisnis anda itu namanya conventional economy.
Dan conventional economy itu sekarang mengalami yang namanya shifting. Shifting itu adalah perpindahan ke era yang disebut leisure economy. Apa yang dimaksud dengan conventional economy menuju leisure economy? Conventional economy itu dulu adalah orang harus membuka toko. Punya stok barang. Lalu bagaimana cara agar pelanggan bisa ramai dan datang ke toko anda.
Itulah conventional economy.
Dan anda harus tahu, bahwa hal itulah yang disukai oleh generasi baby boomers. Baby boomers adalah orang-orang yang lahir di tahun 1945 sampai tahun 1960. Serta disukai oleh generasi X yang tua. Generasi X itu lahir pada tahun 1961 sampai tahun 1980. Jadi, mereka itu rata-rata usianya sekarang sekitar 40 tahun ke atas dan seterusnya. Itu karena mereka tidak mempunyai pilihan pada saat itu.
Di zaman itu belum ada gadget, belum ada WhatsApp, belum ada social media. Sehingga tidak ada pilihan. Orang harus datang ke toko dan melihat barang untuk berbelanja sesuatu. Dan akhirnya jika toko anda ramai, itulah yang anda sukai. Tetapi sadarkah anda? Ketika orang sudah beranjak ke leisure economy, maka itu adalah shifting. Ingat, saya ingin memberitahu anda satu hal. Uang itu di dunia jumlahnya tetap sama. Pertanyaannya, dia shifting kemana? Berpindah kemana?
Jadi, tidak ada yang namanya orang bertambah kaya atau bertambah miskin. Yang benar adalah uangnya pindah kemana? Jadi anda harus tahu dan paham dengan hukum ini. Jika sekarang toko anda sepi, usaha anda sepi, itu sebenarnya sedang pindah ke sesuatu yang baru. Omzet anda pindah ke sesuatu yang menawarkan leisure. Sedangkan toko anda, usaha anda tidak menawarkan leisure.
Salah satunya adalah internet of things yang sudah pernah saya bahas di buku disruption.
Yang dikarang oleh Profesor Rhenald Kasali. Disitu dibahas bahwa internet of things itu penting. Jika usaha anda tidak beradaptasi dengan internet of things, maka soon or later, cepat atau lambat usaha anda akan terkena disrupsi. Dan usaha anda terkena disrupsi karena salah satunya adalah anda tidak menawarkan leisure.
Leisure di zaman sekarang adalah justru toko yang datang ke pelanggan. Bukan pelanggan yang datang ke toko di zaman shifting. Kok bisa? Di China sekarang banyak sekali toko yang menghampiri pelanggan. Jadi siapa yang bisa menarik hati konsumen, menarik hati pelanggan, maka dialah yang akan bertahan.
Jadi, anda jangan pasif menunggu konsumen datang ke toko anda.
Hal seperti itu sudah hilang. Konsumen anda akan direbut oleh orang lain. Konsumen anda yang datang ke toko anda hanya orang tua usia 40 ke atas. Saya beritahu anda. Sedangkan, yang usia 40 ke bawah hilang. Mereka tidak akan datang ke toko anda.
Contoh, apabila anda membuka usaha tiket pesawat. Agen tour perjalanan. Yang datang ke lokasi usaha itu usia 40 tahun ke atas. Masih membutuhkan tiket fisik. Kalau zaman sekarang, generasi millenial cukup memakai aplikasi Traveloka, mereka buka disana, dan mereka bisa membeli tiket pesawat tanpa tiket fisik. Seketika bisa langsung dapat. Itu yang terjadi di Indonesia. Anda hanya bisa melihat dari disrupsi tiket pesawat. Tiket perjalanan.
Anda tidak bisa melihat itu di toko anda. Dan sekarang, mengapa orang harus membeli barang di toko anda? Karena sekarang anda bisa tinggal beli di Tokopedia. Apa saja anda bisa. Karena apa? Karena usaha Tokopedia dan Traveloka itu menawarkan leisure.
Apakah usaha anda menawarkan leisure?
Dan ingatlah internet of things. Internet of things itu leisure. Sesuatu yang mudah, sesuatu yang gampang, sesuatu yang penuh dengan hiburan, sesuatu yang menyenangkan. Itulah yang namanya leisure. Apakah toko atau usaha anda menawarkan sesuatu yang menyenangkan/leisure? Kalau tidak, berarti perputaran anda pasti berkurang. Lalu, generasi Y dan Z rela membayar demi sebuah experience daripada barang. Toko atau usaha anda mungkin hanya menawarkan barang. Tetapi tidak menawarkan experience. What is your experience? Apa pengalaman anda?
Ingat, terkadang seorang pengusaha itu hanya menawarkan barang. Contoh, jika membuka restoran-restoran baru, “just follow Instagram toko ini, ceritakan experience anda, maka anda mendapatkan free satu cup!”. Itulah zaman now.
Seramai apapun toko anda atau restoran anda pada zaman dahulu, social media saja tidak punya. Apalagi customer experience? Jangan harap generasi muda mau mampir ke restoran anda. Yang mampir ke restoran anda adalah orang-orang tua yang masih menceritakan cita rasa masakan kuno. “Rasa masakan ini seperti masakan orang tua saya waktu kecil”.
Tetapi, bukan berarti toko atau restoran anda tidak bisa menawarkan customer experience.
Jika anda bisa beradaptasi dengan lingkungan leisure economy ini, lalu anda menawarkan ini pada generasi millenial dan generasi Z. Ketika anda menawarkan pada generasi millenial dan generasi Z, maka ketika restoran anda dikatakan, “Wah, masakan disini seperti masakan nenek saya!”. Itu namanya customer experience. Tetapi anda tidak provide. Anda tidak menyediakan. Itulah problem anda. Ketika anda tidak menyediakan, disitulah problem anda. Inilah yang dimaksud leisure economy.
Generasi Y dan Z lebih terbiasa sharing economy. Contohnya sekarang seperti Go-Jek. Apakah anda menyangka Go-Jek itu hanyalah armada ojek? Tidak. Go-Jek sekarang memiliki Go-Pay dan Go-Food. Bahkan hebatnya Go-Food itu apa? Ada Go-Massage, ada Go-Truck, dan macam-macam. Sekarang Go apapun ada. Itu namanya sharing economy. Dia menghidupkan semua komponen-komponen industri-industri kecil, UKM-UKM kecil dan menghidupkan ekonomi. Itu namanya saling menghidupkan. Itulah yang disebut ekosistem ekonomi.
Ekosistem itu artinya begini.. Dari danau menghidupi petani, menghidupi nelayan, nelayan menghidupi pasar, pasar menghidupi orang, dan orang kembali ke fase awal tadi. Dan akhirnya terjadi sebuah ekosistem. Jika anda membangun sebuah ekosistem bisnis, itulah tren bisnis ke depannya. Jika tren bisnis ke depannya semua adalah terbiasa sharing economy, maka akan saling menghidupi. Zaman sekarang tidak bisa “Gue yang menang, kamu yang kalah”. Tidak bisa.
Zaman sekarang itu ‘Win-win’. Kamu menang, kita menang. Sharing economy.
Tidak bisa jika hanya monopoli ekonomi. Tidak bisa. Jika anda bisa menguasai teknologi, anda bisa menguasai hal ini, maka perputaran bisnis akan lari kesana. Sebagai contoh, saya mau memberi anda sebuah data disini. Kita tidak bisa memungkiri bahwa mengapa mall di zaman sekarang, toko-toko retail seperti di Tanah Abang dan Glodok itu omzetnya turun sampai hampir 40%. Banyak toko-toko disana yang mengeluh. Ya jelas aja.. Karena barang yang sama sudah bisa saya dapatkan di e-commerce atau marketplace. Dengan harga yang sama, bahkan ada yang lebih murah, diantar sampai ke rumah pula.
Sedangkan mall yang menawarkan leisure itu justru hidup. Yaitu mall yang menawarkan experience. Di dalam mall itu anda bisa makan malam, menawarkan gaya hidup,ada entertainment, ada tontonan, dan lain-lain. Dia rela bayar lebih mahal, tetapi menawarkan leisure. Itulah yang harus anda tahu. Sedangkan jika mall anda tidak menawarkan leisure, pada akhinya bisa tutup. Apakah toko anda menawarkan leisure?
Sebagai pengusaha, anda harus beradaptasi dengan zaman sekarang.
Dan sekali lagi saya bertanya, apakah ini semua salah pemerintah? Well, menurut saya sebelum anda memberikan comment yang pedas dan anda ribut di bawah, “Pak Chandra, mengapa videonya kali ini menyindir pemerintah?”. Tolong tonton video ini sampai selesai. Saya tidak menyindir pemerintah sedikitpun. Saya hanya menyindir cara kerja anda yang tidak mau shifting dari gaya kuno. Gaya old ke gaya zaman now. Anda masih kolot dengan pemikiran anda yang kuno. Tidak mau mengikuti trend tentang yang namanya leisure.
Jadi, saya justru memuji pemerintah. Karena belakangan ini pemerintah cukup beradaptasi dengan seringnya mengadakan event-event digital forum, mendatangkan pakar dan sebagainya. Tetapi seklai lagi, bagaimanapun pemerintah membuat kebijakan apapun, jika anda sendiri tidak mau berubah, maka tidak ada gunanya. Karena usaha anda, ada di tangan anda. Kuncinya disitu.
Baik, sekian sharing saya pada video kali ini. Semoga bisa memberikan anda suatu wacana baru dan gambaran baru. Beradaptasilah dengan perkembangan zaman. Dan semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk anda. Dan untuk para pengusaha yang galau, cepatlah move on. Jangan stress terus. Jika perputarannya sepi, maka beradaptasilah agar toko anda bisa berkembang.
Bila anda menyukai channel seperti ini jangan lupa klik like. Berikan comment di bawah, share dan subscribe. Ada 2 video disini silahkan ditonton serta loncengnya diaktifkan.
Sukses untuk anda, salam hebat luar biasa..!!