Tips Mencetak ANAK BERBAKAT ft. Mama Wilson !
Tips Mencetak ANAK BERBAKAT ft. Mama Wilson !
Klik disini untuk melihat di YouTube
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Di edisi kali ini, kembali kita masih dalam edisi “BONGKAR!!” seorang figur yang mungkin selama ini membuat anda bertanya-tanya. Sebetulnya, kiat sukses seseorang itu apa, sih?
Kali ini, saya kedatangan tamu istimewa. Yaitu seorang ibu rumah tangga bernama ibu Liliek.
C : “Apa kabar, bu Lilik?”
L : “Baik.”
C : “Kalau di channel kita, jawabannya harus ‘hebat luar biasa!!’. Betul.. Karena salam kita selalu ‘salam heat luar biasa!!’.
Siapakah ibu Liliek ini? Kalau di episode sebelumnya anda kenal seorang bocah sakti bernama Wilson Tirta, ternyata beliau ini adalah sosok yang tidak lepas dari kesuksesan Wilson Tirta, bocah sakti usia 16 tahun. Ternyata, ada sosok ibunya yang luar biasa.
Anda mau tahu bagaimana beliau bisa mendidik anak yang begitu hebat?
Kita saksikan setelah yang lewat satu ini..!
Jadi seperti yang tadi saya sampaikan, bahwa di balik suksesnya seorang remaja berusia 16 tahun tersebut tak lepas dari peran seorang ibu. Jadi, senang sekali Bu Liliek hari ini bisa hadir disini. Thank you karena sudah hadir di channel Success Before 30. Dan biasanya, beliau ini jarang mau diwawancarai. Tetapi, hari ini saya merayu beliau dan akhirnya beliau bersedia.
Mengapa? Karena saya ini penasaran. Di balik bocah sakti berusia 16 tahun, itu pasti ada seorang ibu atau siapapun itu yang mempunyai andil dalam hidup beliau. Bu Liliek, boleh diceritakan? Beliau kalau di Instagram, lebih dikenal dengan nama ‘Mama Wilson’. Ini bukunya beliau. ‘Kecil-Kecil Belajar Bisnis’. Ini buku karya Wilson dan mamanya. Inilah sebabnya nama publik beliau lebih dikenal sebagai ‘Mama Wilson’. Tetapi, nama aslinya Bu Liliek.
Bu Liliek, boleh diceritakan sedikit latar belakang Bu Liliek, sampai akhirnya punya Wilson itu bagaimana? Boleh diceritakan?”
L : “Latar belakang saya, dulu saya itu ibu rumah tangga biasa. Sesudah kelahiran Wilson, terus terang Wilson lahirnya tidak seperti bayi yang lain. Dia di ICU 2 bulan karena tidak bisa bernapas dengan baik. Kalau mama-mama lain bisa pulang dan memeluk anaknya, mencium, bahkan memberi ASI anaknya, terus terang saya tidak bisa.”
C : “Mengapa bisa sampai masuk ICU?”
L : “Karena Wilson menderita penyakit RDS, Respiratory Distress Syndrome. Jadi letak ari-ari di bawah dan berwarna biru, serta suhunya terus turun. Hipotermia. Sesudah itu puji Tuhan, kemudian Wilson akhirnya sehat sampai sekarang. Seperti itu. Saya dulu juga suka antar jemput anak sekolah, dulu saya ini full time ibu rumah tangga. Jadi kerjaan saya dari pagi ngantar anak sekolah. Setelah antar sekolah saya arisan, ngumpul-ngumpul atau apapun.”
C : “Seperti mama-mama pada umumnya ya..”
L : “Ya. Kemudian pulang, antar les. Kemudian mengajari anak, hanya sebatas itu. Jadi ada banyak waktu yang hanya saya gunakan untuk itu. Padahal, sekarang anak sudah tambah besar. Dan sekarang zamannya sudah tidak bisa dibikin seperti itu.”
C : “Berarti begini.. Sewaktu Wilson lahir, beliau itu sudah punya sesuatu yang ‘tidak normal’. Tetapi, akhirnya bagaimana?
Boleh diceritakan proses tumbuh kembangnya Wilson? Anak itu dulunya bagaimana, kok pada usia 10 tahun bisa mempunyai jiwa bisnis?”
L : “Kalau hal itu, mungkin secara khususnya semua itu pasti melalui proses. Jadi, tidak ada sesuatu yang instan. Pada waktu Wilson lahir, lahirnya seperti bayi pada umumnya. Lucu dan gemuk. Kita sebagai seorang mama ‘kan ingin mendokumentasikan anaknya.”
C : “Mendokumentasikan. Hal ini penting sekali. Jadi bagi anda para ibu-ibu, tolong dokumentasikan anak anda. Siapa tahu anak anda suatu hari bisa seperti Wilson. Lanjut, lanjut..”
L : “Sesudah dokumentasi itu, gak nyangka juga. Ternyata dia juara 1 nasional. Pada waktu itu tahun 2002. Umur 10 bulan dia juara 1 nasional, mengalahkan 300 ribu lebih peserta di Indonesia. Dan waktu itu mendapat hadiah 10 juta. Lumayan, dari dokumentasi.”
C : “Tahun 2002 ya..”
L : “Ya. Dan itu disusul 1 bulan kemudian juara di majalah anak-anak Jakarta. Dia dapat hadiah lagi 5 juta. Jadi, dalam 1 tahun dia bisa dapat uang sekitar 17,5 jutaan dari lomba foto. Lalu, dari situ akhirnya saya tersadar. ‘Apakah ini potensi anak saya?’. Kemudian, anak saya ini saya ikutkan lomba. Tetapi, seiring waktu ada perasaan gak rela. Karena ternyata ketika anak waktunya tidur, harus foto. Waktunya mereka main, harus ini dan itu.”
C : “Kehilangan masa kecilnya ya..”
L : “Ya. Kehilangan masa kecilnya ya. Dari situ saya merasa, ‘Nggak gini seharusnya.
Anakku bukan obyek. Anakku bukan suatu produk yang harus seperti ini’.
Kemudian, saya memutuskan untuk ikut belajar fotografi. Saya belajar di Darwis Photography School. Sesudah anak saya tidur, saya les. Saya ambil course yang malam. Karena terus terang untuk ninggal anak itu saya gak tega.”
C : “Hal seperti ini tidak gampang loh..”
L : “Jadi, saya harus membagi waktu. Seiring waktu, anak saya itu saya ikutkan lomba dengan ide saya, bukan dengan ide copy-paste dari orang lain. Aku gak suka anak-anak dibikin jadi ala dewasa. Jadi, ala kreasiku dan puji Tuhan dia menang di 200 lomba lebih. Dari lomba fotografi anak.”
C : “Ternyata kesuksesan seorang Wilson itu tidak lepas dari peran seorang wanita yang hebat di baliknya.
Dan hal itu tidak terjadi dalam sehari-2 hari. Jadi, video ini maksudnya begini, sahabat entrepreneur. Jika anda yang menonton channel ini adalah anak-anak, tolong share video ini ke ibu anda. Ke mama anda. Bagi anda ibu-ibu yang menonton channel ini, video ini juga bisa menjadi suatu pandangan baru tentang bagaimana cara anda mendidik anak dengan benar. Seperti itu ya kurang lebihnya.. Lalu silahkan dilanjutkan. Setelah menang di 200 lomba lalu bagaimana?”
L : “Kemudian sesudah menang, terus terang hadiah itu banyak yang dikirim. Bisa dikatakan, Wilson itu masa kecilnya banyak dibantu oleh sponsor. Dia memiliki banyak produk susu, dari dot bayi, dari popok, vitamin dan dari apapun. Dan itu terlalu banyak bagi kami. Akhirnya, kita bisa berbagi ke berbagai panti asuhan dari hasil yang didapat. Karena untuk mendapatkan juara satu hadiahnya gede, banyak. Dan gak mungkin terpakai semua.
Sesudah itu, ternyata gak cukup sampai sekian. Setelah Wilson umur 5 tahun, saya memutuskan untuk stop. Aku tidak mau memaksakan kehendakku. Karena anak waktu itu belum bisa ngomong. Walaupun dia berpotensi, kita harus berhenti.”
C : “Stop mengeksploitasi anak, gitu ya.. Kasihan ya. Soalnya biar dia bertumbuh seperti anak-anak pada umumnya.”
L : “Ya. Walaupun sebenarnya banyak sayangnya, tetapi kita nggak boleh egois. Anak belum bisa berkomentar atau apapun. Dan sesudah pencarian jati diri, mulailah saya kembalikan Wilson menjadi anak-anak seperti pada umumnya. Lupakan lomba foto dan segala macam. Jadi, kita dokumentasi ya hanya untuk kita. Bukan untuk dilombakan.
Sesudah itu di umur 10 tahun, dia ikut seminar dari hasil tabungannya sendiri.
Dia mendengar dari siaran radio, lalu dia memutuskan untuk ikut. Dia ingin menjadi pembicara.”
C : “Jadi ternyata di usia 10 tahun, Wilson sudah pernah menjadi pembicara ya.. Jadi jika anda lihat di videonya ini, Wilson waktu masih gemuk ini pernah menjadi pembicara dari berbagai trainer-trainer/public figure yang cukup top di Indonesia. Ini keren banget! Karena peran ibunya. Jadi, akhirnya ibu mulai menemukan bakat dia ya..?”
L : “Ya. Kupikir, oke lah. Saya selalu berusaha untuk mengikuti anak. Aku tidak mau memaksakan.”
C : “Ini kata kucinya. Ibu jangan memaksakan kehendak. Seringkali, ibu-ibu memaksakan kehendaknya. ‘Anak saya adalah seorang ahli musik sejati. Artis piano. Anakku harus main piano’. ‘Ibuku seorang dosen. Maka anakku harus jadi dosen’.
Kadang-kadang di dalam ilmu parenting, hal ini seringkali justru membatasi potensi anak.
Tetapi justru yang dilakukan oleh Bu Liliek adalah beliau melihat bakat anak, dan dia kembangkan sesuai dengan talentanya. Serta tidak memaksakan kehendak ibu.”
L : “Tidak. Saya selalu mendukung anak saya. Pada waktu berbicara, terus terang dia membawakan materi yang bukan untuk seusia dia. Audience’nya kebanyakan dewasa, karena anak-anak tidak mungkin mendengarkan seminar. Sebenarnya, anak itu belajar dengan cara mirroring. Meniru. Sedudah itu aku berpikir, ‘Wah, rasanya tidak cocok’. Lalu, mulailah saya membuat buku untuk anak saya dari pengalaman kisah hidupnya.
Ini buku pertama yang saya buat bersama Wilson. Saya rangkum dari kegiatan dia.
Seiring waktu, Wilson ternyata beralih kuadran lagi. Bukan menjadi pembicara, akhirnya dia ingin berbisnis. Ingin mulai berbisnis. Itupun ketahuannya karena tidak sengaja. Sewaktu aku di pasar Atum, salah satu pasar tradisional di Surabaya.”
C : “Pasar Atum. Bagi orang Surabaya pasti tahu. Kalau di Jakarta mungkin seperti Mangga Dua, Glodok kali ya..”
L : “Saya waktu itu beli baju. Yang namanya ibu-ibu ‘kan cari yang diskonan. Saya cari di kardus, yang murah. Saya bongkar-bongkar. Ternyata Wilson bilang,
‘Ma, ambil aja yang bagus.’ Dia bilang begitu.
‘Loh, buat apa? Memangnya kamu dapat uang dari mana? Ini loh yang namanya hemat. Mama-mama ngirit.’
Ternyata Wilson bilang, “Mama gak pantes pake baju itu. Ini, Wilson ada uang.’
‘Loh, dari mana nak? Jangan-jangan kamu ambil punya orang?’
Terus terang kalau anak saya melakukan hal yang gak bener, saya sebagai ibunya malu. Lalu dia bilang,
‘Aku sebenernya bisnis ma.’
‘Bisnis apa nak?’
‘Bisnis nyewain pensil.’
Ooh gitu..”
C : “Itu yang sudah dibahas di episode sebelumnya. Jadi sejarahnya disini.”
L : “Lalu sesudah itu saya bilang, ‘Ya udah, lain kali ngomong. Siapa tahu mama bisa kasih masukan. Lain kali kalau ada teman nyewa pensil, tambahin bonus dikasih penggaris. Atau dikasih sticker biar pelangganmu banyak’. Ya memang akhirnya dia bisnis macam-macam. Tetapi, pesan saya yang paling penting waktu itu adalah, ‘Wilson, apapun yang kamu lakukan, satu. Jangan menipu. Kedua, jangan sampai mengganggu sekolah.”
C : “Pesan umumnya selalu seperti itu ya..”
L : “Ya. Karena apapun itu hanya life skill. Yang penting adalah mentalmu. Bukan untuk mencari uang, tetapi mentalmu bagaimana kamu menghadapi malu, bagaimana kamu berani berjuang.”
C : “Berani malu, berani ditolak, itulah mental yang harus ditanamkan ya.
Entrepreneur sejati. Justru banyak orang tua yang mengatakan, ‘Aduh, mama malu. Kalau anak sampai jualan, sepertinya kayak orang tuanya gak mampu kasih uang anak’. Ini mindset yang salah ya sebetulnya..”
L : “Ya. Aku gak pernah ngomong, ‘Wilson, dapat berapa’. Aku anti ngomong begitu. Berapapun jumlahnya saya syukuri. Ya udah gak apa-apa. Berarti, mungkin harus ada yang diubah. Tetapi ‘apa pelajaran yang kamu dapat’, itu yang selalu saya tanyakan.”
C : “Berarti begini.. Singkat cerita, ketika Wilson sudah berjualan dan dengan cara ibu mendidik, sampai akhirnya Wilson banting setir menjadi sutradara itu bagaimana ceritanya? Maksud saya bukan sutradara, tetapi bagaimana sampai bisa menjadi produser?”
L : “Waktu itu ada teman saya yang mengajak untuk bikin film. Awalnya, saya tidak begitu tertarik. Jujur. Membayangkan film itu saja nggak. Saya pikir begitu. Tetapi Wilson bilang, ‘Aku mau ma’.
‘Ya sudah. Kalau kamu mau, modalnya besar nggak?’
‘Enggak kok ma. Ini kebetulan ada dan aku mau belajar.’
‘Ya udah, kamu belajar dulu. Kalau kamu merasa nyaman, lanjutkan.’
Aku pikir yang namanya anak-anak, gak ada salahnya dikasih kesempatan untuk mencoba.
Toh kalau misalnya dia gak mau, akhirnya akan bosan-bosan sendiri. Tetapi sampai detik ini anak itu terus lanjut. Dia merasa happy.”
C : “Dan ternyata sesuai passion’nya, sesuai talentanya. Ibu bukannya melarang, tetapi justru mendukungnya.”
L : “Saya selalu mendukung. Saya mendukung apapun yang menjadi kebahagiaan anak saya.”
C : “Begini.. Seringkali, ibu rumah tangga itu kelirunya disini. ‘Kamu anak kecil, tahunya apa sih? Ya ‘kan? Ibu itu yang melahirkan kamu. Saya yang paling tahu seluk beluk kamu’. Seringkali ibu-ibu seperti itu.”
L : “Itu sih zaman dulu.”
C : “Jangan gitu.. Zaman sekarang pun masih banyak yang seperti itu. Ada ibu-ibu idealis yang memaksakan kehendaknya, sehingga anaknya harus nurut apa kata dia. Tetapi, mengapa ibu tidak mau melakukan hal ini?
Apa yang mendasari ibu sampai akhirnya men’support talenta anak ibu?”
L : “Saya tidak mau jika anak saya itu menganggap saya monster.”
C : “Justru ibu menganggap dia sebagai sahabat ya?”
L : “Saya mau anak saya menganggap saya sahabat terbaiknya. Jadi jika ada masalah apapun, saya orang pertama yang diberi tahu sebelum orang lain.”
C : “Jadi dia menganggap ibu itu bukan sebagai ‘ibu’, tetapi sebagai teman curhat terbaiknya.”
L : “Teman curhat terbaik.”
C : “Ini dia sahabat entrepreneur. Jadi bagi anda para ibu-ibu muda, jika anda ingin anak anda menemukan talenta-talenta terpendamnya atau bakatnya, maka anda harus meniru apa yang dilakukan oleh Ibu Liliek ini. Jadi, Bu liliek ini justru men’support, mendukung apa yang bahkan tidak terpikirkan oleh seorang Bu liliek. ‘Kok dia bisa ya menjadi seorang produser?’. Tetapi, ternyata anak ini menyimpan bakat terpendam. Dan akhirnya Bu liliek mendukung. Begitu ya..
Bu liliek nyangka gak sih, kalau dia bisa sampai sejauh ini?”
L : “Terus terang gak nyangka. Saya pikir paling beberapa bulan lagi juga stop. Saya pikir begitu. Ternyata, saya salah. Di lokasi syuting saya ikutin selama syuting. Bahkan, dia lupa makan.”
C : “Sampai lupa makan. Dan ngomong-ngomong Ibu Liliek ini, beliau juga seorang artis di film yang diproduksi oleh Wilson. Contohnya film ‘Revan dan Reina’. Di film Revan dan Reina’ ini perannya Bu Liliek disini sebagai mamanya Reina. Mamanya pemeran utama. Jadi, anda harus tonton film itu.
Lalu yang kedua, di film yang akan terbit nanti itu film ‘Incredible Love’ ya. Ibu disitu berperan sebagai Ibu Anggita ya. Jadi, anda harus tonton film itu. Nanti terbitnya akhir tahun ini ya?”
L : “‘Incredible Love’ terbitnya di Hari Autis Nasional. November ini yang terbit ‘Kain Kafan Hitam’, dan saya berperan sebagai ibu kost.”
C : “Betul-betul diperankan semuanya ya.. Sebagai ibu kost. Tolong anda tonton filmnya dan support. Jadi di balik suksesnya seorang anak, itu tidak lepas dari peran seorang ibu yang luar biasa. Dan wawancara saya yang terakhir Bu Liliek, ngomong-ngomong Bu Liliek juga mau menerbitkan buku baru, ya?”
L : “Iya, betul.”
C : “Keren.. Jadi buku pertamanya ‘Kecil-Kecil Belajar Bisnis’, dan buku barunya boleh disebutkan apa judulnya?”
L : “Buku berikutnya adalah ‘Mama Wilson Diary’. Parenting zaman now.”
C : “Parenting zaman now. Ini penting sekali. Wawasan untuk seorang ibu. Bagaimana dia justru bisa menemukan talenta dan bakat anak. Saya percaya semua ibu di muka bumi ini pasti mencintai anaknya. Saya percaya itu. Tetapi mungkin CARANYA. Cara mendidik itu yang harus anda pelajari dari seorang Bu Liliek atau Mama Wilson yang luar biasa ini.
Mungkin sekian sharing kita kali ini. Dan tentunya peran seorang anak yang hebat itu tidak lepas dari orang tua yang luar biasa. Dan beliau ini juga seorang pebisnis. Ngomong-ngomong anda lihat di belakang ini Bober Cafe ini juga salah satu usaha beliau. Beliau ini pengusaha yang hebat. Usahanya banyak sekali. Disini saya hanya menceritakan salah satu usahanya. Penulis buku dan punya usaha juga. Wah, inspirational.. Kita bisa belajar banyak dari wanita hebat yang satu ini.
Thank you ya Ibu Liliek atas kehadirannya di channel Success Before 30. Semoga usahanya laris terus, dan anaknya sukses terus. Kita doakan semoga suksesnya Ibu Liliek bisa nular ke anda semua, para subscriber channel Success Before 30.
Terima kasih untuk edisi kali ini. Jangan lupa klik like, klik tombol subscribe, loncengnya dinyalakan, dan yang pasti selalu salam hebat luar biasa..!!”