3 Pertanda Anda Adalah Seorang Yang Pengecut | Benarkah Anda Pengecut? Cek Tandanya
<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/VnKtTA-lwjI” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>
Klik disini untuk melihat videonya
Sahabat entrepreneur, salam hebat luar biasa..!! Pernahkah anda diejek teman anda, rekan kerja, atau siapapun yang mengejek anda dengan sebutan ‘pengecut’? Memang, anda terbukti pengecut jika anda memiliki 3 pertanda ini! Tetapi jika anda tidak memiliki 3 pertanda ini, buktikan bahwa anda memang bukanlah seorang pengecut!
Jadi, di episode kali ini saya akan bicara tentang : “3 Pertanda Anda Adalah Seorang Yang Pengecut | Benarkah Anda Pengecut? Cek Tandanya”.
Seringkali teman kita menyebut kita ini pengecut. Sahabat entrepreneur, sewaktu kecil saya juga pernah menjadi pengecut. Mengapa? Karena saya pernah mengalami masa bullying ketika saya masih SMP. Saya pernah dibully teman-teman saya. Maklum, saya dulu sekolah di SMP yang khusus cowok. Saya pernah dibully habis-habisan, cerita selengkapnya ada di buku Badai Pasti Berlalu.
Saya juga tidak jarang dipanggil pengecut. That’s why akhirnya orang tua saya mengikutkan saya olahraga bela diri. Dari situlah mental keberanian saya diasah. Saya tidak akan membahas masalah bela dirinya. Tetapi melalui video ini, saya akan menceritakan proses transformasi dari seorang pengecut menjadi pemberani itu bagaimana.
Bagi anda yang memiliki 3 pertanda ini, anda memang terbukti seorang pengecut. Anda boleh berkata : “Om ini sombong, kok ngata-ngatain saya..!”. Jika respon anda justru mengatakan saya sombong, berarti anda itu seolah-olah menutupi jiw pengecut kalian. Justru di video ini saya ingin menyadarkan anda agar tidak menjadi pengecut.
Jadi, pertanda yang pertama adalah anda takut dihakimi orang lain.
Jadi ketika anda melangkah, anda merasa takut.
“Nanti apa kata temanku ya..?”.
“Nanti apa kata saudaraku ya..?”.
“Nanti kalau orang-orang gak senang bagaimana ya..?”.
“Nanti kalau saya kehilangan teman bagaimana ya..?”.
“Nanti kalau mereka kecewa bagaimana ya..?”.
Jadi belum melangkah saja anda sudah takut, bukannya memikirkan keyakinan anda, tetapi anda memikirkan apa kata orang lain.
“Nanti apa kata orang ya..?”.
“Bagaimana penghakiman orang terhadap saya ya..?”
“Nanti kalau mereka meninggalkan saya bagaimana ya..?”.
“Nanti kalau mereka tidak mau berteman dengan saya lagi bagaimana ya..?”.
Hei, saya akan beritahu kalian! Memang betul, tidak semua orang suka dengan apa yang kamu lakukan. Trust me. Sekarang anda melangkah salah, tidak melangkah juga salah. Ketika anda menciptakan suatu karya dikritik, tetapi jika anda diam saja dan tidak melakukan apa-apa juga dikritik. Hidup kalian itu tergantung apa pendapat orang, opini orang, ataukah anda hidup bergantung dengan apa yang anda yakini?
Percaya pada saya, anda tidak bisa menyenangkan semua orang. Saya tidak menyuruh anda bermusuhan dengan mereka. Tetapi trust me. Tidak semua orang percaya dan mendukung anda. Dan tidak semua orang senang dengan karyamu. Pasti. Saya berani jamin. Kalau tidak percaya, mengapa di kolom socmed ada kolom like dan dislike? Tidak mungkin semuanya like, pasti ada dislike.
Jika anda hanya memikirkan dislike, maka anda tidak akan berkarya. Hidup itu yang penting Just Do It. LAKUKAN! Orang suka atau gak suka, itu urusan mereka. Bukan urusan kamu. Selama karya anda tidak melanggar norma agama dan tidak ada unsur dosanya, lakukan!
Selama karya anda mengedukasi hal yang baik, lakukan!
Mau ngelawak, ngelucu, berdagang, itu terserah anda. Dan pasti tetap ada orang yang gak senang ketika anda berdagang. Mungkin ada yang mentertawakan kamu. Tapi ya sudahlah, hidup dia itu hanya untuk nyinyir. Sedangkan kamu? Dia saja gak bayarin kos-kosan kamu. Dia jugagak bayarin ketika ibumu sakit. Dia juga gak ikut patungan ketika cicilan kontrakan kamu ditagih ibu kost. Lalu, ngapain kamu mempedulikan apa kata mereka? Jadi pertanda nomor satu adalah anda takut dihakimi orang lain.
Yang kedua, anda selalu mencari pembenaran diri.
Anda sudah jelas salah, tetapi masih mencari pembenaran diri. Saya punya banyak contoh di Instagram dan di YouTube saya. Misalkan ketika saya posting sesuatu, ada orang memakai fake account atau akun palsu, dicek gak ketahuan akunnya siapa. Akun itu kerjaannya nyinyirin orang. Dan ternyata, akun ini tujuannya adalah untuk online shop. Dan dia memakai cara nge’hate orang lain. Kemudian menaikkan traffic followers. Ketika dicek, ternyata fake account.
Terkadang followers dan subscribers saya juga gak terima. Tetapi saya bilang, gak perlu diserang. Untuk apa? Orang-orang ini adalah orang yang mencari pembenaran diri. Dan kata-katanya juga selalu untuk pembenaran diri. Dituduh bersalah pun dia tidak mau mengaku salah. Orang-orang ini adalah pengecut. Apa buktinya dia pengecut? Nomor satu, dia memakai fake account. Dia gak berani pakai real account. Kalau pemberani, dia akan memakai real account, nama asli, alamat asli. Meskipun follower kita sedikit, tidak masalah. Karena kamu pemberani, bukan fake.
Kalau seorang fake, dia akan menyembunyikan identitas. Di dunia maya dan di dunia nyata sama saja. Di depan manis, tetapi di belakang kita kata-katanya menusuk. Di zaman sekarang ini, orang yang jiwanya rapuh atau pengecut banyak yang hanya berani bacot di socmed doang. Sedangkan di dunia nyata gak berani. Berhadapan one by one gak berani, beraninya kalau bawa teman 10. Tawuran berani, one by one gak berani. Menurut saya yang seperti ini pengecut.
Jiwa-jiwa pengecut seperti ini adalah orang yang rapuh mentalnya.
Ketika ditatang : berani menikahi anak orang gak? Berabi. Kalau menghidupi anak orang? Gak berani. Lalu, kenapa berani menikah? ‘Saya menikah karena perintah agama’. Sekarang begini.. Memangnya ada perintah agama yang menyuruh menikah, lalu tidak menghidupi anak orang? Ya gak ada lah..
Kalau anda berani berani menikahi seseorang, berarti harus berani membesarkan keturunanmu nantinya. Gak berani nafkahin, padahal itu anak orang. Seringkali seorang pengecut seperti itu. Anda belum dewasa secara psikologi. Kamu belum dewasa. Kamu betul-betul pengecut.
“Pak Chandra, kalau saya masih minder, lalu bagaimana?”. Oleh sebab itu video ini saya buat. Video ini saya buat tujuannya adalah agar anda menjadi pribadi yang lebih percaya diri, lebih berani, dan tidak pengecut. Saya pernah posting di Instagram saya :
“Setiap orang boleh meniru ide kamu. Jualan ini ditiru. Posting ini ditiru. Semua boleh meniru kata-katanya, tetapi tidak semua orang berani mengeksekusi atau punya keberanian seperti yang kamu lakukan”.
Banyak orang cuma omong doang, tapi gak berani memulai.
Alasan modalnya gak ada lah, ini gak ada lah. Intinya, gak berani memulai. Itu yang kedua.
Yang ketiga adalah selalu memikirkan kegagalan daripada keberhasilan.
Anda lebih khawatir jika gagal. “Kalau gagal gimana?”, bukan “kalau sukses gimana?”. seringkali orang memikirkan faktor gagalnya dahulu. Boleh saja mempertimbangkan faktor kegagalan. Tetapi kalau faktor kegagalan itu siap anda terima, mulai saja. Jadi ketika anda gagal, anda punya persiapan.
Jika anda takut gagal, jangan berkompetisi. Karena kompetisi itu ada menang dan ada kalah. Bisnis itu memang gak bisa sukses terus. Terkadang barangnya gak laku. Atau jika anda berdagang, gak bisa ramai terus. Terkadang dagangan anda sepi. Contoh yang paling simple, orang dagang bakso. Emang yakin baksonya pasti habis?
Coba anda ingat kisah Coca Cola. Di tahun pertama, coca cola cuma laku 25 botol. Sekarang walaupun coca cola dihujat, dicap penyebab diabetes, pencuci radiator dan lain-lain, tetap banyak tuh yang minum coca cola? Gila gak?
Artinya apa? Coca cola tetap laku sampai hari ini. Bisa anda bayangkan? Jika pendiri Coca cola memikirkan faktor kegagalannya dulu, maka dia tidak akan memulai. Orang yang berani memulai itu pasti memikirkan faktor gagal dan faktor sukses. Misalkan anda bertanding, ya ada menang dan ada kalah. Itulah jiwa sportifitas. Kalau jiwa pengecut, pasti mikirnya kalah terus. Baru masuk arena bertanding : “Ih, musuhnya gede banget!”. Udah takut duluan.
“nanti kalau bisnis saya bangkrut gimana?
“kalau modalnya gak balik gimana?”
Sama seperti pedagang bakso tadi. “kalau gak laku gimana?” Dipikirin terus faktor gagalnya. Kalau faktor gagalnya dipikir terus, akhirnya ya gak mulai-mulai. Itulah pengecut.
Karena itu sahabat entrepreneur, saya selalu berpesan satu hal.
Jika anda tidak ingin menjadi pengecut, lebih baik melangkah lalu gagal, daripada anda tidak melangkah sama sekali.
“Kalau gagal, siapa yang nanggung pak?”
Anda masih punya kaki dan tangan ‘kan? Kalau masih punya kaki dan tangan, itu bagus. Berarti anda masih bisa melangkah. Kalau cuma gagal uang, uang bisa dicari lagi.
Omong kosong jika anda bilang uang tidak bisa dicari. Berarti anda kalah dengan para TKI, TKW dan BMI. Yang lagi bekerja di Taiwan, Hongkong, atau manapun coba comment : Apakah jika nda tidak memutuskan ke luar negeri anda menjadi pengecut? Tidak ‘kan? Tidak ada alasan untuk menjadi pengecut. Anda bilang gak bisa cari nafkah? Omong kosong. Kalau kamu seorang pemberani, buktikan bahwa kamu bisa..!
Demikian video saya kali ini. Semoga anda menjadi pemberani dan bukan lagi seorang pengecut. Jangan lupa klik subscribe, dan jangan lupa loncengnya diaktifkan. Salam hebat luar biasa..!!