Ketika Anda Merasa Hidup Ini Sudah Tidak Ada Jalan Keluar
Sahabat successbefore30 yang saya cintai, salam hebat luar biasa. Memang saya tahu ketika merasa di titik paling bawah kita merasa di titik paling berat. Kita hari ini harus bagun pagi seolah-olah sudah tidak ada harapan. Bekerja keras sepanjang hari, jalan keluar pun sudah tidak ada yang ada adalah masalah yang datang bertubi-tubi. Entah itu masalah dari hutang, atasan, suplier, teman, kesalahan yang kita buat sendiri seolah-olah hidup itu seperti tidak ada jalan keluar lagi.
Tulisan renungan kali ini saya buat dengan satu tujuan.
“Kunci dibuat itu karena ada lubang kunci”
Jadi saya percaya setiap masalah itu ada dan di buat, diizinkan oleh Tuhan Yang Maha Esa terjadi dalam hidup anda itu karena pasti ada jalan keluarnya. Saya mau memberikan anda sebuah kalimat motivasi dan penguat pada tulisan kali ini bahwa jalan keluar itu pasti ada.
Saya ingin mengisahkan kisah seseorang veteran yang saya ambil dari Buku Badai Pasti Berlalu halaman ke 38.
Dalam perjalanan saya, ada sebuah kisah yang sangat memotivasi saya dan sebagai rasa terimakasih. Saya sungguh ingin berbagi kisah ini ke anda. Saya yakin kisah ini mampu menginspirasi dan membuat kita tetap fokus pada impian yang ingin kita raih.
Pada tahun 1987 di kota NewYork di adakan lomba marathon Internasional yang diikuti oleh ribuan pelari dari berbagai penjuru dunia. Lomba ini mengambil jarak 42 km dengan track mengelilingi kota NewYork. Jutaan orang dari seluruh dunia ikut menonton acara tersebut melalui televisi yang disiarkan secara langsung dan besar-besaran. Ada satu orang yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut orang itu bernama Bob Wieland. Bob adalah seorang veteran perang Amerika, dia berlari dan berlari tapi yang hebat dia berlalu bukan dengan kedua kakinya tapi dia berlari dengan kedua tangannya. Mengapa dia berlari dengan kedua tangannya? karena dia kehilangan kedua kakinya karena kena ranjau saat perang di Vietnam. Untuk berlari Bob menggunakan kedua tangannya agar badapannya kelempar ke depan. Begitu lomba di mulai, ribuat peserta mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah-wajah mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton tak henti-hentinya bertepuk tangan untuk terus mendukung para pelari tersebut. 5 kilometer telah berlalu, beberapa peserta nampak mulai kelelahan dan mulai berjalan kaki. 10 km telah berlalu disitu mulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik dan siapa yang hanya sekedar ikut iseng-iseng atau meramekan kegiatan itu. Bahkan sudah beberapa peserta nampak kelelahan, mereka memutuskan untuk berhenti dan naik ke bus panitia. Sementara hampir seluruh peserta telah berada di KM ke 5 hingga di KM ke 10. Bob baru saja menyelesaikan KM pertamanya, di berhenti sejenak membuka kedua sarung tangan yang sudah koyak dan rusak menggantinya dengan yang baru. Kemudian dia kembali berlari dengan mengayunkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangannya. Ayah Bob yang bersama ribuan penonton lainnya tak berhenti menyemangati “Come on Bob… Come on Bob lari terus kamu pasti bisa”. Karena keterbatasan fisiknya Bob hanya mampu berlari sejauh 10 KM selama 1 hari. Di malam hari Bob tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan panitia yang mengikutinya bahkan lomba marathon itu sudah selesai dalam hitungan satu hari. Tapi Bob cuma mampu menyelesaikan 10 KM per hari.
Tak terasa akhirnya 4 hari telah berlalu dan hari itu adalah hari ke 5 bagi Bob Wieland. Tinggal 2 KM lagi yang harus di tempuh, hingga akhirnya tinggal 100 M lagi dari garis finish. Bob jatuh terguling, fisiknya sudah benar-benar sudah kehabisan tenaga. Dia perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Tangannya sudah terlihat berlumuran darah bahkan ada yang tampak mengering. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah. Bukan karena luka di tangannya saja te.tapi kondisi jantung dan pernafasan Bob yang sudah tidak memungkinkan lagi. Dokter menyarankan dia behenti demi kebaikan dirinya. Bob memejamkan mata beberapa saat dan di tengah-tengah gemuruh suara penonton yang mendukungnya. Samar-samar Bob mendengarkan suara ayahnya berteriak
“Come on Bob get up, selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Buka matamu dan tegakkan badanmu. Lihatlah ke depan Bob garis finish sudah di depan mata, ayo cepat bangkit. Tunjukan kepada semua orang siapa dirimu, dont give up come on get up”
Pelan-pelan Bob mulai membuka matanya, saat itulah matanya melihat garis finish yang sudah dekat. Semangatnya mulai membara kembali tanpa sarung tangan. Bob melompat kedepan dan ayahnya berteriak “Come on Bob, one more steps. Capailah apa yang kamu inginkan” dan akhirnya satu lompatan terakhir bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah gemuruh tepuk tangan dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu tapi dia bahkan mencatatkan dirinya di Guinness Book of Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon. Beberapa saat kemudian ketika ada beberapa wartawan yang menemuinya Bob berkata “Saya bukan orang hebat, anda tahu saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya mencapai apa yang saya inginkan dan kebahagiaan yang saya dapat bukan dari apa yang saya dapatkan tapi dari proses untuk mendapatkannya. Selama lomba fisik saya menurun drastis tangan saya sudah hancur dan berdarah. Tapi rasa sakit saya bukan karena luka itu, tapi ketika saya memalingkan wajah saya dari garis finish. Jadi saya kembali fokus untuk menataop goals saya. Saya rasa tidak ada orang yang akan gagal dalam lari marathon ini. Tidak masalah anda mencapainya dalam waktu berapa lama asal anda terus berlari sampai tujuan anda telah tercapai” Di sadur dari Guinness Book of World Record Bob Wieland.
Sahabat Sb30 yang saya cintai, mungkn anda mendengarkan kisah ini air mata anda telah meleleh. Apakah hari ini Bob tidak ada jalan keluar? Bahkan di KM ke 10 hari sudah gelap, pertandingan sudah selesai tetapi pertandingan marathon itu tidak pernah berhenti bagi seorang Bob.
Kisah ini sudah saya ceritakan dari 20 tahu lalu ketika saya pertama kali mendengarkan kisah ini dan air mata saya tetap melelh ketika mendengarkan kisah Bob ini. Meskipun kisah ini saya tulis di buku saya tetapi tetap Bob Wieland itu masih ada.
Kalau hidup anda sudah merasa tidak ada jalan keluar lagi, tolong renungkan kisah Bob Wieland ini niscaya kisah anda tidak seberat kisah beliau. Jalan keluar pasti ada tetap tenang dan bersyukur jangan pernah hilang harapan serta putus asa. Saya doakan masalahmu segera selesai dan anda segera menemukan jalan keluarnya
Sukses selalu, salam hebat luar biasa.